Alkisah dijaman dahulu kala, ketika manusia masih bersahabat dengan alam dan jumlah manusia saat itu masih sangat sedikit sekali. Di suatu tempat diatas bukit nampak seorang pria yang duduk sedih termenung. Hari demi hari, pagi, siang, malam ia lewati dengan menenggelamkan fikirannya sambil duduk termenung di tempat yang sama.
Bukit tersebut terletak disebuah pulau yang juga dihuni oleh berbagai jenis hewan. Para hewan yang menyaksikan Sang Pemuda kemudian berkumpul, satu diantara mereka sang Burung Hantu berkata: “sungguh saya tidak tega melihat ia seperti itu, mari kita dekati beliau dan coba bantu atasi masalahnya”. Akhirnya Burung Hantu bersama dengan Elang, Gajah, dan hewan lainnya pergi mendekati Sang Pemuda.
“Salam wahai kalifah (pemimpin) bumi ini, ada apakah gerangan sehingga Paduka nampak termenung berduka setiap hari. Sungguh kami akan melakukan apapun untuk mengusir kegundahan hati Paduka” ucap sang Burung Hantu penuh cinta kasih kepada sesama makhluk Tuhan. Sang Pemuda terdiam sejenak dan menatap para hewan satu persatu, lalu berucap “Sesungguhnya saya sendiri tidak begitu mengerti mengapa saya bersedih, tapi seandainya saja saya sekuat Gajah, tentu saya akan senang. Saya menginginkan kekuatan Gajah“. Sang Gajahpun maju ke depan, tanpa ragu-ragu ia memberikan kekuatannya pada Sang Pemuda. Sang Pemuda nampak bahagia akan pemberian tersebut, tak lama iapun beranjak dari tempatnya dan pergi ke beberapa tempat yang sebelumnya tak bisa ia raih tanpa kekuatan sang Gajah.
Namun tak lama kemudian Sang Pemuda kembali ke tempat yang sama dan kembali ke dalam kelam lamunannya yang lama. Para hewan kembali berkumpul dan menawarkan untuk membantu lagi pemuda tersebut. Kali ini Sang Pemuda berucap: “Ah, seandainya saya dapat melihat setajam engkau wahai Elang, tentu saya akan senang. Saya menginginkan penglihatan tajam Elang“. Sang Elang tak segan-segan untuk memberikan penglihatannya kepada Pemuda tersebut. Dalam sekejap Sang Pemuda terkesima dengan kemampuan barunya. Seketika ia berdiri di atas bukit dan nampak bahagia karena dapat melihat lebih banyak hal di dunia dari tempat yang sama, tempat biasanya ia berada.
Beberapa hari berselang, Sang Pemuda kembali duduk termenung. Tanpa bosan dan segan para hewan tetap datang menghampiri dan setia menjaga pemimpinnya. “Kali ini aku menginginkan pengetahuan yang luas seperti sang Burung Hantu” ucap Sang Pemuda. Sang Burung Hantu-pun mengajarkan semua pengetahuannya. Sang Pemuda mengetahui banyak hal baru dalam hidupnya, ia pun kembali sekali lagi berbahagia. Akan tetapi seperti biasa ia kembali bersedih tak lama setelahnya. Hal ini terus berulang hingga semua hewan telah memberikan apa yang mereka miliki kepada Sang Pemuda.Namun seperti biasa Sang Pemuda pada akhirnya tetap saja duduk sedih termenung dipuncak bukit tersebut.
Para hewan akhirnya berkumpul dikaki bukit dan berdiskusi. “Apa yang harus kita lakukan? semua sudah kita berikan, tapi mengapa tetap saja pemimpin kita bersedih termenung?” ucap Gajah. Semua terdiam sejenak, kemudian Burung Hantu berucap ” Akhirnya saya mengerti kesedihan pemimpin kita. Sejak semula terdapat lubang dihatinya. Ia berfikir kekuatan Gajah akan menutupinya, tapi ternyata justru karena kekuatan Gajah, lubang itu menjadi semakin besar dan dindingnya menjadi kuat. Penglihatan sang Elang juga tidak dapat menutupi lubang tersebut, walaupun dengan penglihatan Elang yang tajam bahkan dasar lubang dihatinya tersebut tidak dapat terlihat. Pengetahuan yang kuberikan juga tidak cukup untuk dapat membuatnya mengerti bahwa manusia memang terlahir dengan lubang tersebut“.
Sesungguhnya lubang tersebut adalah Keinginan, sesuatu yang tidak dimiliki hewan, karena hewan hanya mempunyai Kebutuhan. Keinginan hanya akan membuat manusia menderita apabila ia tidak dapat dikendalikan dengan baik. Mengapa harus dikendalikan? karena keinginan memiliki dua sisi: Positif (+) dan Negatif (-). Keinginan membuat manusia “maju”, namun keinginan tidak memiliki batas, tidak ada kata puas untuk keinginan manusia, sehingga sisi negatifnya ia akan membuat manusia menjadi rakus dan tamak yang akhirnya membuat ia menderita bagaikan haus yang tak pernah sirna oleh minuman apapun. Dari Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sekiranya manusia memiliki satu bukit berupa emas, maka ia menginginkan untuk memiliki dua bukit (emas). Dan tidak akan ada yang dapat memenuhi keinginan manusia kecuali tanah (setelah manusia dikubur). Dan Allah akan mengampuni siapa saja yang bertaubat kepadanya. (HR Bukhari)
Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu membedakan apa-apa yang merupakan Keinginan dan Kebutuhan, lebih jauh lagi semoga kita dapat mengendalikan Keinginan kita, agar Keinginan tersebut tidak membuat kita menderita, tapi justru membuat hidup menjadi lebih Bahagia.
Di akhir cerita akhirnya lubang dihati Pemuda tersebut dapat tertutup, lubang tersebut dapat ditutup dengan tanah …………… di akhir hayatnya.
[Taufik Sutanto, 29/08/2010, jam 13:30 iseng abis dikerjain anak2 di minggu siang, terus kok kepikiran buat dongeng untuk mereka :p]
*** memiliki keinginan adalah juga Anugerah. Milikilah keinginan, namun keinginan yang baik:
Membahagiakan anak/istri, membahagiakan keluarga/orang tua, Menolong sekuat mungkin saudara kita, mengajarkan kebaikan. Apapun itu, jika keinginan itu baik insya 4JJ1 hidup ini tidak akan terasa hampa.