Percaya untuk Dipercaya

Saya adalah tipe orang tua konvensional yang ‘kolot’ dalam mendidik anak. Untungnya memiliki istri yang bisa menegur saya atas kesalahan² tersebut. Diantara kesalahannya adalah ragu dalam memberikan kepercayaan kepada anak untuk melakukan sesuatu walau atas alasan sayang, hawatir, cinta, dll.

Saya sadar akan kesalahan tersebut karena kita perlu memberikan kepercayaan untuk dipercaya, memberikan kepercayaan utk membiarkan mereka berkembang, menjadi kuat, belajar mandiridewasa, & menjadi pemimpin.

Jadi teringat bagaimana pendidikan di sekolah² Australia memberikan kepercayaankepada siswanya utk berpendapat, bertindakberfikirbelajarmandiri, & membuat keputusan. Kesemuanya ini mendidik kepemimpinan [Leadership]mereka. Sesuatu yang agak berbeda di Indonesia, dimana doktrinisasi, sifat saling curiga, & perselisihan begitu subur berkembang. Efek jangka panjang & berkelanjutan dari hal ini adalah apa yang kita rasakan dalam keseharian kita di masyarakat. Perselisihan, saling curiga, ketidakmandirian, takut, & emosi hadir dalam hampir setiap sendi kemasyarakatan & sistem pemerintahan.
Merubah bangsa & budaya tidak dapat dilakukan dalam hitungan hari, namun jika tidak dimulai dari sekarang lalu kapan perubahan itu akan tibaDimulai dari keluarga bagi orang tua, dimulai dari siswa/mahasiswa bagi guru/dosen, dimulai dari instansi bagi para pejabat/direksi, mari turut membangun masa depan dengan hal yang sederhana: “percaya untuk dipercaya”. Lalu bagaimana jika kepercayaan kita dihianati ? … percakapan SpongeBob (SB) & Patrick Star (PS) menjadi menarik untuk disimak:
Salah satu hal yang penting untuk dilakukan pemimpin adalah memberikan kepercayaan kepada yang dipimpinnya untuk menjadi pemimpin [TES]®**Bne, (very) Cold Ramadhan Winter midnight 09072014**