Di suatu siang ba’da dzuhur di Mushala QUT, saya ber-bincang² dengan seorang sahabat:
X: “…kita biasakan senantiasa amal ma’ruf nahi munkar ya, mengajak kebaikan & melarang keburukan”
TES: [dengan logika saya yang senewen saya bertanya] “menurut Bapak kalau saya mengajak kebaikan & melarang keburukan, tapi saya-nya sendiri tidak melakukan kebaikan & melakukan keburukan bagaimana?”
X: “…kita biasakan senantiasa amal ma’ruf nahi munkar ya, mengajak kebaikan & melarang keburukan”
TES: [dengan logika saya yang senewen saya bertanya] “menurut Bapak kalau saya mengajak kebaikan & melarang keburukan, tapi saya-nya sendiri tidak melakukan kebaikan & melakukan keburukan bagaimana?”
Sahabatku itu nampaknya sangat kaget dengan pertanyaan bodoh saya. Karena jelas orang yang seperti itu adalah munafik & sesat [juga nyebelin banget :v ].
Tapi kemudian saya melanjutkan dgn sebuah cerita:
Pak, … saya kalau selesai nulis [skripsi,paper,dsb] saya selalu berusaha untuk cek sendiri dulu ber-kali². Tapi lucu deh, walau sudah lebih dari 10x nge-check tapi pas di cek orang lain, masih ada aja kesalahan konyol yang tak terlihat oleh saya. Tapi saya fikir semua orang juga begitu ketika membuat karya tulis.
Mirip seperti pepatah “semut di seberang lautan kelihatan, tapi gajah di pelupuk mata luput dari pandangan”
Saya melanjutkan omongan saya yang “ga genah” ke sahabat saya tsb:
Begitu juga dalam keseharian kita Pak. Sunnatullah-nya memang mata melihat dari dalam ke luar & bukan sebaliknya. Sehingga banyak yang ada pada diri luput terlihat oleh kita sendiri. Bukan berarti ia buruk, namun memang melihat ke dalam diri itu lebih sulit dari melihat keluar.
Begitu juga dalam keseharian kita Pak. Sunnatullah-nya memang mata melihat dari dalam ke luar & bukan sebaliknya. Sehingga banyak yang ada pada diri luput terlihat oleh kita sendiri. Bukan berarti ia buruk, namun memang melihat ke dalam diri itu lebih sulit dari melihat keluar.
Itulah mengapa selain mengajak kebaikan & melarang keburukan, kita juga di ingatkan untuk senantiasa saling mengingatkan dalam kebenaran & kesabaran [Al Ashr]. Kita juga diminta untuk berprasangka baik kepada orang lain [husnudzan].
Itulah juga gunanya sahabat [sejati], saling mengingatkan satu-sama lain … dalam kebenaran, dalam kesabaran, dan dgn berbaik sangka. . .
Wahai sahabatku, maafkanlah atas segala ke-hilafan yang sering saya lakukan [past, present & future] & mohon kritikan atau ingatkan saya jika saya melakukan kesalahan. Insya Allah saya tidak sengaja melakukannya atau karena kebodohan saya ia luput dari muhasabahku … atau kotornya cermin hati ini …
Dan sungguh dengan iman & amal saleh saja manusia masih merugi, karena kita juga diminta untuk saling mengingatkan dalam kebenaran & kesabaran.
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar² dalam kerugian. kecuali orang² yang beriman & mengerjakan amal saleh yang saling menasehati dalam kebenaran & kesabaran” [Al-Ashr: 1~3]
[TES®, 30Mei2013]
#Di tengah malam saat jatah hidupku semakin berkurang.
#Di tengah malam saat jatah hidupku semakin berkurang.