Hidup tujuh kali: mau jadi apa saja?

Suatu ketika seorang murid bertanya kepada gurunya: “Pak guru, hidup ini hanya satu kali. sebaiknya saya menjadi apa? ilmuwan? guru? seniman? … bagaimana saya tau apa yang terbaik untukku?“. Walau sang murid masih kecil, namun melihat sinar mata & kesungguhan yang nampak pada raut wajah sang murid, sang guru mengetahui bahwa jawaban yang ia berikan akan membekas & mempengaruhi jalan hidup muridnya kelak.

Sang guru-pun berkata: “wahai anakku, sesungguhnya hidupmu tidak satu kali“. Wajah lugu sang murid, sekarang bercampur dengan sedikit kebingungan. “Maksud guru? Apakah hidup di dunia ini dan akhirat nanti?
Sambi tersenyum sang guru meneruskan penjelasannya: “Bukan… bahkan hidupmu di dunia ini bisa 7 kali, bahkan lebih“. Dahi imut sang murid berkerut, sambil pikirannya dipenuhi dengan konsep reinkarnasi, sampai Kucing yang katanya punya sembilan nyawa …. Namun kali ini ia memutuskan untuk tidak berkata-kata dan menunggu penjelasan lebih lanjut gurunya.
Sang guru berkata: “Dalam setiap 10 tahun hidupmu, kamu bisa habiskan 3 tahun pertama untuk belajar dengan sungguh-sungguh apapun yang kamu inginkan: bermain alat musik, melukis, atau seni yang lain, bertani, berdagang, atau apa saja. Lalu habiskan 5 tahun berikutnya untuk mematangkan diri untuk menjadi ahli dan berguna bagi orang lain. Kamu bahkan punya 2 tahun terakhir untuk bersantai dan menikmati keahlian dan hidupmu itu”.
Kamu bisa lakukan hal ini pada setiap 10 tahun hidupmu, ucap sang guru. jika kamu diberi jatah hidup 70 tahun, maka kamu akan memiliki 7 kehidupan: belajar, menjadi ahli dan bermanfaat bagi orang lain, lalu menikmati hidupmu. Sang murid tak bisa menahan diri untuk bertanya: “tapi guru, apa yang saya bisa lakukan di 10 tahun pertama dan kedua hidup saya sebagai anak kecil? Bukankah seperti kebanyakan anak-anak yang lain, saya hanya bisa bermain?
Sang guru mengelus kepala sang murid sambil tersenyum dan melanjutkan penjelasannya. Anakku … “umat manusia tidak akan menjadi lebih baik, jika setiap insan membuat keputusan dengan mencontoh hal yang tidak lebih baik dari manusia lain di sekitarnya. Tidakkah kamu juga bisa melihat contoh lain di televisi, internet, atau surat kabar, ada anak-anak yang tetap menikmati masa kanak-kanaknya, namun juga bisa menjadi ahli dalam bermain musik, bermain peran, atau bahkan baru saja kemarin kita sama-sama melihat seorang pengusaha cilik yang memiliki perusahaan karena kemampuannya dalam membuat program komputer“.
Kamu bisa pilih 1-2 hidup pertamamu sesuatu yang tidak terlalu sulit & lebih menyenangkan. Namun, bukan berarti membuang hidupmu dan tidak menjadi apa-apa. Belajar musik atau seni, lalu beladiri, kemudian ilmuwan, lalu pengusaha, terus guru, dan seterusnya … tidak ada yang bisa mendiktemu bahwa kamu hanya boleh memiliki sebuah hidup di dunia ini.
“Perhatikan masa lampaumu untuk hari esokmu (QS 59:18), wahai anakku, kamu bisa mulai dari yang mudah, belajar, lalu mencoba memilih hidup yang lebih menantang”.
Mata sang murid berkaca-kaca dan penuh dengan semangat, lalu berkata: “Terima kasih guru… saya Insya Allah akan memiliki 7 atau bahkan lebih kehidupan dalam hidup ini. Bahkan saya akan gunakan 2 tahun terakhir setiap kehidupannya untuk belajar dan mengabdi” ….
Sang guru-pun sejenak memeluk sang murid, lalu sehembusan nafas berikutnya berkata: “Wahai anakku, malaikat pernah bertanya kepada Tuhan. Ya Tuhan mengapa engkau ciptakan hal/perkara yang ‘mubah’ (tidak dosa dan tidak juga berpahala) bagi manusia?” wahai muridku yang cerdas … tahukah engkau jawaban Tuhan? … Tuhan menjawab, tidak seperti engkau wahai malaikat, manusia kelak akan memiliki sifat jenuh/bosan ketika melakukan sesuatu. Tuhan menjadikan hal yang mubah sebagai hiburan untuk mengusir kejenuhan manusia di dunia ini. Bukankah tuhan menginginkan kemudahan untukmu? (QS 2:185).
Sang guru menutup perbincangannya di pagi itu dengan sang murid dengan berkata: Wahai anakku Dalam hidup ini ada hak dirimu untuk belajar dan menikmati hidup, maka berbahagialah. Dalam hidup ini juga ada hak orang lain atas uluran tanganmu, maka bermanfaatlah bagi orang lain…. lalu atas keduanya maka seimbangkanlah (mizan).
Penutup:
Hanya karena sistem pendidikan formal yang sepertinya mendikte hidup kita untuk menghabiskan 16 tahun hidupnya (6+6+4:SD+SMP/U+Univeristas) untuk “hanya” belajar. Sesungguhnya masih banyak hal yang bisa kita lakukan, masih banyak pilihan hidup yang bisa dijalankan. Wallahu’alam bishawab.
Semoga anak-anak kita bisa belajar lebih banyak dalam hidup ini, bermanfaat bagi orang lain, dan juga berbahagia menikmati hidup yang indah ini. ~Aamiin~
< / TES >® ~ BNE 07/02/2016,06:12:11